4 Masjid Bersejarah Di Kota Semarang Cocok Untuk Kunjungan Ramadhan

Sebagai daerah dengan akulturasi budaya yang kental, tak heran tersedia banyak area ibadah yang tergolong unik di Semarang, juga masjid-masjidnya. Pada Bulan Ramadhan, bagi umat Islam, berkunjug ke masjid sanggup jadi langkah untuk mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Selain beribadah, mengingat keunikan Semarang tadi, Anda sekeluarga terhitung sanggup sekaligus berwisata religi. Ada sebagian masjid di Semarang yang layak jadi rekomendasi daerah liburan Anda dan keluarga, berikut wejangan kami:


Masjid Layur Kampung Melayu


Orang Semarang lebih mengenal dengan nama Masjid Menara Kampung Melayu sebab masjid ini memiliki menara yang menjulang tinggi berwarna putih sebagai daerah alat pengeras suara, penyeru saat azan berkumandang. Dulunya menara selanjutnya berguna sebagai mercusuar untuk mengawasi kapal-kapal dagang yang berlalu lalang di kali Semarang.

Bangunan megah yang terdapat di jalur Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara ini sebenarnya menjadi saksi bisu jejak perdagangan tertua di Semarang.

Ornamen dinding yang menghiasi masjid nampak unik sebab menggabungkan gaya etnis Jawa, Melayu dan Arab.juga mimbar masjid yang memiliki ornamen ukiran sungguh indah menghiasi masjid tersebut.

Menara yang berdiri di depan pintu masuk jadi lambang kampung Melayu di Semarang. Selain itu, wujud atapnya tidak layaknya masjid lain yang memakai kubah. Melainkan atap tumpang susun, terdiri dari tiga lapis bersama dengan bangunan ciri khas Jawa.

Masjid bercorak geometrik dengan hiasan warna warni itu pun masih keluar asli. Pada Bagian kanan dan kiri masjid terkandung bangunan tua bersama ukuran besar. Di sebelah timur, mengalir air kali Semarang sebagai keliru satu jalan transportasi perdagangan penting terhadap jaman kolonial Belanda.

Masjid Menara disebut merupakan bukti bahwa etnis Arab dan Melayu pernah berjaya berbisnis di Semarang.

Masjid Pekojan



Kawasan Pecinan Semarang tak hanya jadi daerah berkumpulnya para pedagang, tapi terhitung sejarahnya kota Semarang. Tak banyak yang tahu terkecuali kawasan selanjutnya punya pemukiman penduduk keturunan Koja dan Gujarat. Keduanya merupakan pedagang Islam dari kawasan India dan Pakistan.

Mereka menyebarkan Islam melalui jalan perdagangan, dan membangun Masjid Jami Pekojan, yang kini jadi keliru satu masjid tertua di Semarang.

Lokasi Masjid Jami Pekojan terletak di Jalan Petolongan nomer satu, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, sekitar kawasan Pecinan Semarang.

Di jalan tak terlampau besar bersama lebar tiga meter itu berdiri masjid simpel yang menyimpan sejarah panjang. Lebih berasal dari 150 tahun masjid selanjutnya udah kokoh berdiri. Di sekitarnya, Anda tetap sanggup mendapatkan penduduk lokal berparas Pakistan-India yang merupakan keturunan Gujarat dan Koja.

Saat memasuki masjid ini, Anda dapat disambut menara kokoh setinggi 18 meter. Di segi kiri terkandung banyak makam para penyiar Islam yang sempat mengurus masjid ini.

Nama masjid ini diambil dari nama daerah Pekojan, berasal dari kata ‘Kojo’ atau ‘Koja’, sebuah etnis dari Pakistan yang berbaur dan menikah bersama pribumi.

Bangunan masjid ini terdiri dari bangunan utama, berukuran kira-kira 10 mtr. persegi yang merupakan bangunan awal. Selain itu terdapat lebih dari satu kompleks makam, teras yang merupakan perluasan bangunan dikala renovasi, dan bangunan sekolah tempat pendidikan Islam.

Di anggota inti bangunan, terdapat empat tiang tanpa sambungan yang berdiri kokoh. Tiang-tiang berikut merupakan tiang asli yang sejak ratusan th. tetap kuat menopang masjid tersebut. Bahannya berasal dari jati tua, agar kokoh hingga ratusan tahun.


Sampai sekarang, tanaman itu teratur digunakan untuk obat beraneka macam penyakit dan untuk membasuh jenazah supaya tidak keluar bau. Untuk buahnya, sama apel dan mampu dimakan. Tak cuma penduduk lebih kurang yang menggunakannya sebagai obat, sering kali masjid didatangi orang dari luar Semarang untuk menghendaki daun tanaman tersebut.

Selain sebagai salah satu masjid tertua di Semarang, masjid ini pun populer bersama hidangan khas buka puasanya yaitu Bubur India.

Sampai sekarang, masyarakat, tokoh masyarakat, sampai kalangan artis pun sering mampir dan beri tambahan donasi untuk perawatan bangunan cagar budaya yang menyimpan banyak pelajaran tersebut.

Masjid Agung Jawa Tengah.



Masjid megah ini berdiri di atas tanah 119 hektar, yang dibangun di atas tanah wakaf Ki Ageng Pandanaran II, Bupati Semarang pertama. Dulu, seusai Ki Ageng Pandanaran II menjadi Bupati Semarang, ia mewakafkan ratusan hektar tanahnya sebagai wakaf produktif terhadap masjid-masjid.

Pembangunan masjid berikut diawali pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilaksanakan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari Negara-negara sahabat, yakni Arab Saud, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dhabi.

Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan terhadap tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Masjid bersama dengan luas areal tanah 10 hektare dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 mtr. persegi berikut mempunyai type arsitektur perpaduan pada Jawa, Yunani dan Timur tengah. Gaya Timur Tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa nampak berasal dari wujud tanjungan di bawah kubah utama. Sementara tipe Yunani nampak terhadap 25 pilar-pilar kolosium yang dipadu dengan kaligrafi yang indah.

Meskipun baru diresmikan terhadap tanggal 14 Nopember 2006, tapi masjid ini sebetulnya udah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum saat tanggal tersebut. Masjid ini telah digunakan ibadah shalat jum’at untuk pertama kalinya terhadap tanggal 19 Maret 2004 bersama dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah). Masjid Kauman



Sejarah syiar Islam di Kota Semarang tak sanggup dipisahkan dari Masjid Agung Semarang (MAS) atau Masjid Besar Semarang (MBS). Bagi masyarakat Kota Semarang, masjid ini lebih dikenal bersama dengan nama Masjid Kauman. Masjid yang berdiri kokoh di sedang hiruk pikuk aktivitas Pasar Induk Johar dan Pasar Yaik, Semarang, ini memiliki kaitan erat bersama dengan berdirinya Pemerintah Kabupaten Semarang–sekarang Kota Semarang.

Berdasarkan sejumlah catatan-catatan yang dipercaya kebenarannya, Masjid Agung Semarang didirikan pertama kali pada pertengahan abad XVI Masehi (1575 M) atau jauh sebelum saat masa penjajahan di bumi nusantara ini.

Masjid ini dianggap lebih tua berasal dari Kota Semarang itu sendiri. Pasalnya, cikal akan terbentuknya Kota Semarang justru berawal berasal dari masjid tersebut.

Dalam catatan histori Yayasan MAS atau MBS, masjid ini didirikan oleh Sunan Pandan Arang atau dikenal juga bersama sebutan Ki Ageng Pandan Arang. Bagi warga Semarang, mereka menyebutnya bersama dengan nama Pandanaran. Ulama ini merupakan seorang maulana berasal dari negara Arab yang bernama asli Maulana Ibnu Abdul Salam.

Oleh Sunan Kalijaga–lewat Sultan Hadiwijoyo (Pajang)–Sunan Pandan Arang ditunjuk untuk menukar kedudukan Syekh Siti Jenar.

Sunan Pandan Arang ditugaskan untuk menyampaikan syiar Islam di tempat sebelah barat Kasultanan Bintoro Demak. Belakangan, daerah ini dikenal bersama dengan nama ‘Semarang’ yang berasal dari kata asem arang (pohon asam yang tumbuhnya jarang–Red).

Saat memulai dakwah dan syiar Islam di tlatah (wilayah) baru ini, Sunan Pandan Arang mendirikan sebuah padepokan untuk pusat kesibukan dakwah Islam di kawasan bukit Mugas. Padepokan inilah yang kelak jadi cikal bakal Masjid Agung Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Memilih Kursi Untuk Teras